Ayu Ratna Sari/3401414068
Rombel 2
Hari
Ke-2 KKL1 Dieng
Minggu,
5 April 2015
Pada jam 04.30 saya dibangunkan oleh
alarm HP, saya merasakan tubuh saya kedinginan meskipun sudah memakai 2 selimut
super tebal. Dikarenakan saya sedang tidak shalat, maka saya tidur lagi setelah
mematikan alarm.
Pada pukul 05.45 saya dibangunkan oleh teman sekamar saya Awit dan Dian yang telah selesai mandi. Saya bergegas melipat selimut dan merapikan tempat tidur. Saya keluar menuju dapur dan mendapati pemilik rumah sedang memasak. Beliau menawarkan merebus air untuk saya gunakan mandi tetapi saya memilih merebus air sendiri karena merasa tidak enak.
Pada pukul 05.45 saya dibangunkan oleh teman sekamar saya Awit dan Dian yang telah selesai mandi. Saya bergegas melipat selimut dan merapikan tempat tidur. Saya keluar menuju dapur dan mendapati pemilik rumah sedang memasak. Beliau menawarkan merebus air untuk saya gunakan mandi tetapi saya memilih merebus air sendiri karena merasa tidak enak.
Setelah mandi dan mengenakan kostum
hangat saya menuju ke belakang rumah dan mendapati pemandangan yang sangat
indah, kebetulan homestay yang saya tempati berada di paling atas dan
jaraknya yang paling jauh sehingga pegunungan maupun perkampungan terlihat
jelas. Tak mau menyianyiakan kesempatan tersebut saya mengajak Awit dan Dian selfie.
Beberapa saat kemudian dengan membawa almamater kami bertiga bergegas turun
ke Balai Desa. Ditengah perjalanan saya merasa dingin, agak menyesal juga saya
mandi. Hehe.
Di Balai Desa hanya terdapat
beberapa orang, saya langsung mencari anggota kelompok saya untuk membahas
materi yang akan dipresentasikan. Pukul 07.30 kami sarapan. Acara selanjutnya
adalah presentasi. Kelompok saya yang mendapat tema Religi presentasi di kloter
terakhir. Sembari menanti usainya acara, kaki saya merasa sangat pegal karena
sehari sebelumnya saya dan kelompok saya mengitari desa Jojogan untuk
observasi. Akhirnya perwakilan kelompok saya presentasi, salah seorang dari
kelompok lain bertanya “Apakah rambut gimbal yang dipotong sampai sekarang
masih dilarungkan di sungai? Apa lagi yang diarungkan selain rambut?” kelompok
saya memberikan mandat kepada saya untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Saya
hanya menjawab sebisa saya dan memberikan pertanyaan tersebut kepada kelompok
lain yang mengkaji topik Rambut Gembel. Pada saat Bapak/Ibu Dosen memberikan
evaluasi kepada kelompok yang telah presentasi, kelompok kami hampir tidak
mendapatkan masukan.
Presentasi telah usai, waktunya
makan siang. Menu makan siang adalah nasi, ayam goreng, tempe dan pecel. Seusai
makan, saya menemani Risa untuk Sholat Dzuhur di Masjid. Setelah itu kelompok
saya berkumpul dan membagi anggota
menjadi 3 untuk observasi ulang guna memastikan data yang telah kami peroleh
sebelumnya. Entah bagaimana ceritanya, kelompok saya kembali menyatu di tengah
perjalanan. Dengan alasan akan melihat tempat yang dikeramatkan yaitu Telaga
Warna dan Punden kami semua mendaki bukit belakang desa. Lelah dan terik
matahari tak kami hiraukan saat itu karena terbayarkan dengan pemandangan yang
sangat-sangat indah. Saya sangat takjub dan tak mampu berkata-kata. Bukit
belakan desa merupakan ladang milik penduduk. Ada tanaman seperti kol, wortel,
cabai, tomat, carica hingga bayam yang tumbuh subur. Satu hal yang tidak kami
lupakan saat berada diatas yaitu selfie.
Disepanjang jalan menuju telaga kami selalu menyempatkan diri untuk berfoto.
Kami semakin takjub saat tiba di dekat Telaga meskipun tidak bisa berada di
tepi Telaga karena tidak ada jalan untuk mencapainya. Kami tidak mampu
menemukan tempat keramat yang dimaksud dan malah asik sendiri.
Ditengah jalan saat pulang dari
bukit, saya mendapati ada kakek-kakek yang menyapa lalu saya memutuskan untuk
berhenti sejenak menghampiri kakek tersebut dan teman-teman mengikuti saya.
Kami medapatkan materi observasi lagi. Setelah itu kami semua memisah diri dan
pulang ke homestay masing-masing.
Sesampainya di homestay saya tertidur
karena kelelahan.
Jam menunjukkan pukul 18.35 ketika
saya terbangun dan melihat Dian dan Awit tidur disebelah saya. Kami kaget dan
panik. Saya langsung mencuci muka dan bersih diri. Jam 19.00 kami turun ke Balai
Desa untuk makan malam. Menunya adalah ikan laut, saya tidak tahu jenis ikan apa
tetapi yang pasti ini makanan terenak selama saya berada di Dieng. Setelah
makan malam, rapat kelompok 6 dimulai untuk membahas pentas seni yang akan
ditampilkan. Sebelumnya kami belum merencanakan konsep pensi. Semuanya serba
otodidak, termasuk mencari lagu. Setelah mendapat lagu yang pas, kami latihan.
Tak lama setelah itu, kami harus segara bergegas ke lapangan karena sudah tidak
ada orang di Balai Desa.
Jalanan menuju lapangan sangat gelap dan
banyak lubang. Kami harus sangat berhati-hati. Tak lama kami sudah tiba di
lapangan. Kami melakukan latihan sejenak saat di lapangan. Saat
kelompok-kelompok lain melakukan pentas, kelompok kami merasa “ciut” nyali.
Karena merasa tidak PD, disaat-saat kritis tersebut kami mengubah lagu yang
akan dipentaskan. Saatnya tiba, kami hanya modal “nekat” saat pentas. Hasilnya
tidak terlalu buruk, menurut saya. Pentas yang dilakukan tanpa latihan tersebut
terbantu karena mikrofon yang kami gunakan kebetulan baterainya habis.
Setelah pentas kelompok kami usai,
saya menikmati pensi yang disajikan kelompok-kelompok lain sembari menikmati
jagung bakar dan kentang goreng. Udara dingin yang menusuk tubuh dikalahkan
oleh kehangatan kekeluargaan antara peserta KKL dan dosen.
Jam pentas seni berakhir, waktunya
kembali ke homestay masing-masing
untuk istirahat. Saya mencari Awit dan Dian yang berbeda kelompok. Saya merasa
sangat lelah, namun masih harus merasakan lelah yang lebih karena tempat saya
menginap berada di ujung atas barat. Entah berapa kali kami istirahat dan
akhirnya tiba di penginapan. Setibanya di penginapan saya tidur mengingat
banyak agenda yang akan dilaksanakan esok hari.
Posting Komentar