Berkurangnya Lahan Hutan Mempengaruhi Kehidupan Warga Perumahan (ANTROPOLOGI EKOLOGI)

Berkurangnya Lahan Hutan Mempengaruhi Kehidupan Warga Perumahan Pendahuluan Di bumi tempat kita tinggal ini terdapat berbagai macam ekosistem. Ekosistem merupakan hubungan saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya. Ekosistem dapat mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang disebabkan oleh faktor alam maupun perubahan yang disebabkan oleh manusia. Perubahan tersebut bisa saja perubahan yang besar ataupun perubahan yang kecil. Oleh karena itu, ekosistem memiliki sifat yang dinamis. Ekosistem hutan merupakan salah satu jenis dari ekosistem. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hutan merupakan penyumbang oksigen terbesar bagi kehidupan kita. Namun permasalahannya adalah sebagai makhluk hidup, manusia dinilai memanfaatkan hutan secara kurang bijak. Dalam perkembangannya, hutan banyak yang dialih fungsikan untuk membuka lahan baru. Seperti pada kasus yang terjadi di Kalibagor, Kabupaten Banyumas. Hutan ditebangi dan dikeruk tanahnya untuk dijadikan kompleks perumahan. Hal ini tentunya mengakibatkan lahan untuk hutan yang semakin berkurang dan tentu saja ekosistem mengalami perubahan. Metode dan Kerangka Teori Penulis melakukan penelitian lapangan selama delapan hari di Perumahan Bukit Kalibagor Indah di Kecamatan kalibagor, Kabupaten Banyumas yang merupakan sebuah perumahan yang dibangun dengan membuka lahan hutan. asal mula mengapa penulis melakukan pengamatan di daerah tersebut karena selama liburan menjelang ujian, penulis mengunjungi rumah saudara dan di situ penulis menemukan bahwa tempat tersebut merupakan sebuah hutan yang sebagian lahannya harus dialihfungsikan menjadi lahan hunian, oleh karena itu fenomena tersebut menarik untuk dikaji menggunakan perspektif antropologi ekologi. Untuk memperoleh data dilakukanlah pengamatan. Data yang diperoleh dari pengamatan saja dinilai tidak cukup untuk itu dilanjutkan dengan wawancara. Fenomena terkait ekosistem hutan ini dikaji menggunakan antropologi ekologi. Dari empat aliran teori antropologi ekologi yang dikemukakan oleh Julian Steward, penulisan ini berpijak pada pendekatan ekosistemik material. Pendekatan ekosistemik material (dalam Brata. Talang, Dusun, dan Desa di Sumatera Selatan dalam Analisis Antropologi-Ekologi) merupakan aliran yang terdapat dalam berbagai studi yang dilakukan oleh para ahli antropologi yaitu Andrew Vayda (1961, 1967), Roy Rappaport (1967, 1968, 1971), Marvin Harris (1966), dan Antony Leeds (1965). Aliran ini adalah aliran ekologi neo-fungsional (neo-fungtional ecology). Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek ekologi atau lingkungan yang apa pada ekosistem hutan yang sekarang ini mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan ekosistem baru tersebut harus beradaptasi dengan keadaannya. Bennett (dalam Ahimsa-Putra. 2003:10) mengungkapkan bahwa adaptive strategies adalah “the patterns formed by the many separate adjustments that people devise in order to obtain and use resources and to solve the immediate problems confronting them.” Dapat pula diartikan bahwa pola yang terbentuk oleh banyak penyesuaian-penyesuaian yang terpisah bahwa orang-orang merancang untuk mendapatkan dan menggunakan sumber daya untuk segera memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pembahasan Perumahan Bukit Kalibagor Indah yang terletak di kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas merupakan sebuah perumahan baru yang di bangun 5 tahun belakangan ini. Perumahan ini terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT) dan ada 8 blok, yaitu Blok A hingga Blok H. Sebelum menjadi hunian, tempat ini dulunnya adalah sebuah hutan dengan lahan yang luas yang menyediakan berbagai kekayaan hutan. Bahkan saat ini sebagian hutan masih berdiri, sehingga perumahan ini berdampingan dengan tumbuhan-tumbuhan besar yang semakin hari jumlahnya semakin berkurang. Perumahan Bulit Kalibagor Indah dibangun oleh pihak swasta yang membeli tanah milik pemerintah daerah. Perumahan ini dibangun dengan membabat tumbuhan dan kemudian tanahnya dikeruk menggunakan alat berat. Hal ini menimbulkan gangguan pada lingkungan hutan akibat campur tangan manusia yang berusaha untuk mencari keuntungan akan kekayaan alam. Hal yang demikian kita kenal dengan kapitalisme, Ritzer (2012:99) di dalam suatu kapitalis komoditas, tujuan utamanya adalah menghasilkan uang yang lebih banyak. Komoditas-komoditas dibeli untuk menghasilkan keuntungan. Di dalam kasus ini hutan sebagai penghasil oksigen terbesar di bumi serta sebagai tempat tinggal berbagai makhluk hidup diperjualbelikan untuk memperoleh keuntungan bagi kelompok-kelompok tertentu. Hal ini tentunya mengakibatkan kerusakan pada ekologi hutan. Sebelum perumahan ini dibangun, hutan yang ada di bukit ini dinilai kurang dikelola secara maksimal. Pastilah yang menjadi harapan setiap masyarakat adalah bahwa hutan ini dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat, namun juga tidak melupakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang seperti ini masih sangat sulit dilakukan, khususnya di Kalibagor ini sendiri karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak. Warga yang telah menempati Perumahan Bukit Kalibagor Indah memiliki suatu kisah misterius yang ada di lingkungan mereka bahwa suatu ketika anak seorang warga di perumahan tersebut menghilang selama tiga hari tiga malam. Selama menghilang tersebut orang tuanya selalu mencari anak tersebut namun tidak diketemukan sama sekali. Barulah selama tiga hari telah berlalu anak itu ditemukan di dekat hutan yang ada di belakang kompleks perumahan. Masyarakat menganggap bahwa anak itu dibawa oleh makhluk halus penghuni hutan. Cerita tersebut membuat warga Perumahan Bukit Kalibagor Indah merasa takut dan kurang nyaman dengan tempat tinggal mereka, terlebih ada berita yang beredar bahwa perumahan mereka dibangun di area hutan yang dahulunya digunakan sebagai tempat pembuangan mayat pada masa penjajahan Belanda. Entah hal ini hanya mitos belaka atau benar-benar terjadi, namun warga di perumahan ini menganggap hal tersebut sebagai apa yang mereka yakini. Masyarakat Perumahan Bukit Kalibagor Indah mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat tak ingin menganggu hutan, karena masyarakat juga tak ingin diganggu oleh hutan. Oleh karena itu masyarakat melakukan upaya untuk berdamai dengan hutan yang masih tersisa di dekat perumahan. Berdasarkan pengalaman tersebut maka semakin berkembanglah mitos-mitos masyarakat yang ada di kompleks perumahan ini yang mendorong mereka untuk melakukan hal-hal tertentu seperti, pada menjelang magrib warga harus menutup pintu rumahnya rapat-rapat serta anak-anak tak diperbolehkan main di dekat hutan. Selain hal itu, kehidupan hutan yang belum sepenuhnya dijadikan hunian, kini mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan Bukit Kalibagor Indah. Di perumahan tersebut banyak sekali dijumpai nyamuk-nyamuk. Setiap waktu entah itu pagi, siang, sore ataupun malam hari selalu ada nyamuk, tetapi para warga merasa nyamuk yang paling banyak muncul pada magrib hingga dini hari. Nyamuk-nyamuk tersebut memberikan dampak kepada masyarakat, terbukti banyak warga Perumahan Bukit Kalibagor Indah yang menderita penyakit demam berdarah. Demam berdarah tidak hanya menyerang kalangan tertentu saja, melainkan menyerang semua umur. Bahkan demam berdarah menyebabkan kasus orang meninggal di perumahan ini. Nyamuk-nyamuk ini diduga berasal dari hutan yang kemudian pindah kerumah-rumah warga. Berbagai upaya tentu sudah dilakukan masyarakat untuk menanggulangi masalah nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya ini. Masyarakat Bulit Kalibagor Indah telah beradaptasi dengan cara melakukan fogging atau pengasapan di lingkungan tempat tinggal mereka, selain itu mereka juga rutin membersihkan lingkungan. Solusi tersebut dinilai tepat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan hewan nyamuk yang berkembang biak di kawasan tersebut. Bagaimanapun sebagai makhluk hidup, manusia harus berpartisipasi aktif untuk menjaga kelestarian makhluk hidup lainnya. Pihak-pihak tertentu diharapkan tidak mengambil keuntungan yang dapat merusak ekosistem, khususnya ekosistem hutan. kita harus selalu percaya bahwa ekosistem yang rusak, akan memberikan dampak yang negatif pula pada kehidupan di bumi. DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-Putra, Hedy Shri. 2003. Prologue: Dari Ekonomi Moral, Rasional, ke Politik Usaha. Yogyakarta: Kepel Press Brata, Nugroho Trisnu. Talang, Dusun, dan Desa di Sumatera Selatan dalam Analisis Antropologi-Ekologi (https://www.academia.edu/8442799/TALANG_DUSUN_DAN_DESA_DI_SUMATERA_SELATAN_DALAM_ANALISIS_ANTROPOLOGI-EKOLOGI?auto=download) Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar LAMPIRAN (Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Posting Komentar